setiap manusia tidak luput dari kesalahan, dan tidak satupun umat manusia bersih dari dosa terkecuali Nabi Muhammad saw. meskipun banyak dari kalangan non islam atau bahkan yang mengaku beragama islam seringkali beretorika dengan membuat suatu pertanyaan
" Benarkah Surat Abasa Teguran kepada Nabi yang Bermuka Masam?bukankah ia maksum? "
Tidak ada yang salah dengan surat ''Abasa yang mengisahkan tentang nabi Muhammad SAW bermuka masam. Juga tidak ada yang salah dengan sikap itu bagi seorang nabi Muhammad SAW. Sikap itu adalah sikap manusiawi yang tidak merusak apapun.
Sebaliknya, adanya surat ''Abasa jelas membuktikan bahwa Al-Quran itu bukan karangan nabi Muhammad SAW. Sebab secara sekilas, surat itu memang mengkritik sikap beliau yang bermuka masam terhadap seorang yang minta diajarkan tentang agama yang dibawanya.
Kalau seandainya Al-Quran itu karangan beliau, pastilah tidak akan ada ayat yang mengkritik sikap beliau. Logikanya, mana mungkin seorang pengarang buku menjelekkan diri sendiri dalam bukunya. Satu hal yang pasti adalah bahwa Al-Quran bukan karangan beliau. Dan sesungguhnya memang bukan karangan beliau, melainkan datang dari sisi Allah SWT.
Namun bermuka masam kepada Abdullah bin Ummi Maktum ra. bukan sebuah dosa. Hanya merupakan hal yang kurang layak saja. Namun alasannya juga sangat pantas, yaitu lantaran saat itu beliau SAW sedang sibuk sekali memikirkan bagaimana agar para tokoh Quraisy bisa masuk Islam. Logika sederhananya, bila para tokoh itu bisa masuk Islam, maka orang-orang kecil semacam Abdullah bin Ummi Maktum ini tentu akan mudah.
Logika manusiawi beliau SAW saat itu kira-kira demikian. Dan sebagai manusia biasa, adalah wajar baginya punya nalar sekilas seperti itu. Dan ketika turun ayat yang menegur beliau, tentunya beliau segera melayani permintaan shahabatnya itu.
Dan sama sekali tidak perlu dipersoalkan memang, bahkan meski teguran itu datang lewat ayat Quran yang bersifat abadi, manfaatnya buat kita yang lebih utama justru bukan pada bermuka masamnya, melainkan pada pembuktian bahwa Rasulullah SAW itu bukan penulis Al-Quran, sebagaimana yang sering dituduhkan oleh lawan.
Bahkan Abdullah bin Ummi Maktum ra. sendiri setelah kejadian itu tidak kecil hati, sebaliknya beliau malah merasa bangga. Sebab karena dirinya seorang nabi ditegur tuhannya.
Sampai ketika perang Qadisiyah sepeninggal Rasulullah SAW, shahabat nabi yang buta ini punya permintaan untuk membawa bendera umat Islam di medan tempur. Ketika para jenderal menolaknya lantaran beliau seorang tuna netra, beliau pun mengeluarkan ''ancaman'' yang tidak bisa dibantah. "Apakah kalian menolak permintaanku, padahal Rasulullah SAW ketika dahulu menolak permintaanku, langsung ditegur Allah?" Maka bendera itu pun diserahkan kepadanya, meski beliau seorang tuna netra.
Jadi...
Tidak ada yang sakit hati atas turunnya ayat ''Abasa itu, bahkan buat si buta Abdullah bin Ummi Maktum, hal itu justru menjadi kebanggaan tersendiri. Sebab biasanya ayat Quran turun menegur para shahabat atau orang kafir, tapi ada satu ayat yang turun menegur nabi Muhammad SAW, di mana hal itu terjadi lantaran dirinya.
eitsss awalnya kan mau bahas tentang kesalahan ehh malah bahas bermuka masam.baiklah saya lanjutkan
seorang rakyat jelata sampai pejabat pemerintahan sekalipun pasti pernah berbuat salah, sebab dari kesalahan seseorang pun berbeda beda tergantung yang melakukannya. ada yang berawal sikap merasa lebih suci dari yang lain sehingga tidak sedikit orang yang meremehkan saudaranya, ada yang menilai iman seseorang berdasarkan isbal tidaknya seseorang sehingga tidak jarang yang pertama kali dilirik adalah pakaiannya sehingga senyum, salam, sapa pun tidak ada padahal seagama, masih banyak lagi sebabnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. tanya sajalah pada qolbu masing-masing karena yang paling tahu aib kita hanyalah ALLAH dan kita sendiri, yah itung-itung bercermin pada diri pribadi.
ketahuilah saat ini kita masih dihormati, dipuji, disegani atau apalah bukan karena kebaikan kita, tapi karena ALLAH masih menyembunyikan aib kita yang terbungkus oleh topeng tampilan kita.
yang harus kita sadari adalah rasa apa yang muncul dari dalam qolbu setelah berbuat kesalahan apakah menyesal atau biasa-biasa saja, jikalau fine-fine aja maka itu TANDA TERBESAR iman yang ada di dalam qolbu mulai dicabut. maka kita pun digambarkan dalam Al Quran
Allah telah mengunci hati-hati mereka.
wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar